Selasa, 23 Februari 2010

KALAM PERTAMA


Pesanan buat Mahasiswa


Kalau saudara seorang mahasiswa, maka anda bukanlah sekadar mahasiswa sekalipun anda harus bersikap seperti mereka. Dalam belajar saudara selalu mengejar nilai kemanfa’atan ilmu pengetahuan, bukan sekadar formaliti Ilmiah. Ijazah bagi kalian tidak penting ertinya. Yang terpenting adalah mendapatkan ilmu sebanyak dan seluas mungkin, lalu saudara amalkan.

Tidakkah banyak di Negara-negara yang sudah maju sekarang sudah tidak mutlak selalu mementingkan Ijazah? Yang penting kenyataan prestasi kerjanya. Kita sendiri lebih percaya kepada seseorang yang walaupun tidak berijazah tetapi kerjanya bagus, daripada berijazah tinggi namun tidak ada kenyataan dalam pekerjaannya. Ijazah itu boleh dipalsukan orang hanya dengan waktu sejam atau lebih sedikit.

Lain halnya kemanfa’atan yang hanya Allah s.w.t. dapat membuatkan dan menganugerahkannya kepada sesiapa sahaja yang dikehendaki. Bukankah mengejar sesuatu hanya mampu dibuat oleh Allah itu lebih bernilai tinggi daripada yang mampu dibuat oleh manusia? Renungkanlah…

Selaku mahasiswa, saudara tidak perlu ikut gusar dan bingung kerana pengaruh gejala social, budaya ataupun pola berfikir yang biasanya disebut moden. Tidak perlu mengatakan saya termasuk mahasiswa moden, dia tradisional dan lain sebagainya. Lebih jauh lagi mengklasifikasi si Fulan itu Ulama’ Kontemporari, yang lain pula jumud, kolot tradisional dan segala macam gelaran yang sering mengakibatkan perpecahan di dalam institusi pendidikan itu sendiri. Tetapi saudara cukup tabah dan mantap bahawa dengan bekal kemahasiswaan yang sempurna, cukuplah menghadapi dan menyelesaikan segala masalah.

Ada sebuah kata mutiara atau kalam hikmah sebagai berikut :

أجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظنّ ما عند الناس

“orang yang paling bodoh ialah meninggalkan keyakinan diri sendiri, kerana mengira yang dilakukan orang lain lebih bererti” (Ibnu Athooillah – Taajul ‘Aruus).

Mahasiswa adalah tunas generasi ulama’ sebagai pengganti di masa akan datang. Mereka adalah insan yang Allah anugerahkan kemanfa’atan pada ilmu di dunia dan di akhirat.

Seseorang, sekalipun ‘alim tidak dapat di angkat oleh orang lain sebagai ulama’, tetapi ulama’ itu di angkat oleh Allah s.w.t. dengan persyaratan terserah kepada kehendak-Nya. Ulama’ itu dipimpin langsung oleh Allah dengan hidayah-Nya.


Maksud firman Allah s.w.t. :

“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Faathir : 28)

Dengan demikian, system saudara menuntut ilmu juga jangan asal menuntut, asal mendapatkan segala macam cara dengan tanpa memperhatikan melanggar Agama Islam atau tidak. Kitab ‘Ta’limul Muta’allim Thoriqot Ta’allum sudah tidak asing lagi buat saudara, tinggal dapatkah menjalankan (mengamalkan) isinya? Jawapan ada di tangan anda sendiri…

Di dalam ‘Miizaanul Amal’ karangan Imam Abu Hamid al-Ghazali dan juga ‘Akhlaaqul Ulama’ karangan Abu Bakar bin Husin bin ‘Abdullah al-Aajiriy, juga ‘kitaabu Adaabid Dun-yaa wa ad-Deen’ karangan Abul Hasan ‘Ali bin Muhammad bin Habiib al-Mawardi kita mampu mendapatkan bimbingan beliau terhadap para penuntut ilmu. Ilmu yang bermanfa’at di dunia dan di akhirat.

Antaranya sebagai berikut :

1. Buang jauh akhlaq tercela, hiasi diri dengan akhlaq mulia dan sucikan jiwa dari segala yang berbaur dosa.


2. Jangan terlalu berkecimpung di tengah urusan harta dunia. Lebih-lebih lagi jika dalam menuntut ilmu agama Islam itu berniat sesuatu harta dunia. Ilmu pengetahuan yang boleh dipelajari akal fikiran itu ada dua, pengetahuan Agama dan pengetahuan harta dunia. Keduanya ibarat jalan raya membentang ke arah timur dan yang satunya ke barat. Mampukah berjalan ke timur sampai ke barat, berjalan ke barat sampai ke timur atau sekali berjalan sampai di timur dan juga barat? Pada umumnya tidak mampu. Tetapi kalau berjalan ke barat sebagai sarana untuk mendapatkan yang di timur dan sebaliknya, mungkin boleh ditempuh. Allah berfirman yang bermaksud :

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya…” (al-Ahzaab : 4)

3. Buang jauh-jauh rasa “sudah pandai” dan “lebih mengetahui” daripada sang Guru. Allah berfirman bermaksud :

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qoof : 37)

4. Jangan meremehkan sesuatu bidang ilmu pengetahuan. Sebab ilmu itu saling berkait, bersambung dan menjelaskan. Mari kita rasakan firman Allah :

“…dan Karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya Maka mereka akan berkata: "Ini adalah dusta yang lama". (al-Ahqoof : 11)


5. Urutkan ketertiban belajar. Mula-mula yang terpenting, setelah mampu baru ke peringkat seterusnya. Jangan serta-merta seluruh pengetahuan akan di telan sekaligus. Allah berfirman :

“Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (al-Baqarah : 121)

6. Menuntut ilmu bertujuan untuk dapat hidup di dunia dengan diri sempurna yang berbudi utama, sedang di akhirat mendapat redho Allah Ta’ala. Allah berfirman :

“…nescaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujaadalah : 11)

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah…” (Ali-Imran : 163)

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin…

2 ulasan: